Mobil bertransmisi otomatis (automatic transmissions-A/T) sudah menjadi kebutuhan. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, yang sering macet. Selain karena lebih nyaman, mengendarai mobil A/T tak jarang membuat pengendara lebih sabar menghadapi tekanan psikologis akibat diterpa kemacetan.
Meski memberi kenyamanan, belum banyak pengguna mobil bertransmisi otomatis yang paham bagaimana mengemudikan mobil A/T secara benar, agar kinerja mobil bisa optimal. Dan, kenyamanan benar-benar bisa dirasakan.
Tulisan ini khusus membahas cara mengemudikan mobil A/T sistem "konvensional" dengan empat tingkat kecepatan. Disebut "konvensional" karena aplikasi teknologinya sederhana, tidak begitu kompleks. Belum dilengkapi moda sport/power. Sensasi berkendaranya pun, tidak berbeda jauh dengan mobil bertransmisi manual.
Bedanya hanya soal berpindahan kecepatan yang berlangsung otomatis, tanpa perlu menekan pedal kopling. Pilihan moda pengoperasiannya hanya P, R, N, D, D-3 atau 3 (OD), 2, dan L.
Berikut cara pengoperasiannya:
1. P (park/parkir). Pada saat tuas transmisi otomatis berada/digeser ke posisi P, memungkinkan mesin mobil dihidupkan (run) tanpa mobil berjalan karena sistem pengunci parkir bekerja (parking lock assembly).
Pada posisi P ini, tekanan oli yang terbangun dalam transmisi, akan langsung dikembalikan ke bak penampungan. Belum bekerja menggerakkan serangkaian alat kontrol penggerak transmisi (control devices). Produsen transmisi otomatis mempertimbangkan berbagai aspek keselamatan pengendara. Misalnya, mesin mobil hanya bisa dihidupkan saat tuas ada di posisi P atau N (neutral).
Bayangkan apa jadinya, bila di semua pilihan moda transmisi, mesin mobil bisa dihidupkan. Begitu mobil distarter, langsung jalan. Sangat berbahaya. Untuk lebih aman, pada saat parkir, pastikan tuas transmisi ada di posisi P, menghindari mobil meluncur sendiri, tanpa dikehendaki.
2. R (reverse/mundur). Memungkinkan mobil berjalan mundur. Kebanyakan mobil A/T, akan terasa entakan ketika kita menggeser tuas transmisi dari posisi P ke R. Ini akibat terjadi peningkatan tekanan oli dalam sistem hidrolis dalam ruang transmisi. Peningkatan tekanan oli ini, atau yang dikenal dengan istilah booster, bertujuan meningkatkan daya cengkeram-mekanik pelat kopling dengan pelat baja dalam sistem transmisi otomatis. Tujuannya untuk menghindari slip kopling saat terjadi perpindahan torsi dari mesin ke roda penggerak.
3. N (neutral/netral). Pada saat tuas transmisi otomatis digeser ke posisi N, memungkinkan mesin mobil hidup tanpa mobil bisa berjalan. Biasanya, posisi N dipilih pada saat pengendara ingin mobil berhenti sejenak. Misalnya pada saat lampu lalu lintas menyala merah. Selain menghemat kampas rem dan kampas kopling/pelat baja, menggeser tuas ke posisi N lebih aman, mencegah mobil nyelonong tanpa dikehendaki. Posisi N juga bisa dipilih saat mobil parkir paralel. Sama saat tuas di posisi P, pada saat di posisi N, umumnya mesin mobil bisa dihidupkan.
4. D (drive). Tuas transmisi di posisi D, memungkinkan mobil berjalan/melaju dengan perpindahan kecepatan berlangsung secara otomatis, mulai dari gear 1st umumnya sampai gear 3rd (gear 3rd dengan rasio gear 1 : 1). Perpindahan kecepatan secara otomatis tanpa harus menginjak pedal kopling, layaknya mobil bertrasnamisi manual.
Pada saat tuas di posisi D, perpindahan kecepatan-otomatis akan terjadi hanya dengan menekan pedal gas. Perpindahan kecepatan terjadi seiring peningkatan kecepatan mobil yang dimonitor oleh sensor kecepatan mobil (vehicle speed sensor/VSS). Posisi tuas di D, memungkinkan kendaraan berakselerasi.
Caranya tinggal menekan pedal gas lebih dalam. Maka secara otomatis rasio gear akan turun satu tingkat. Bila semula gear rasio ada di posisi 4th, turun ke 3rd, dari 3rd turun ke 2nd, dan dari 2nd turun ke 1st. Akselerasi diperlukan saat hendak mendahului kendaraan lain atau saat akan memacu mobil lebih cepat.
Pada saat pedal gas ditekan, tegangan listrik yang diatur throttle position sensor (TPS) memberi sinyal ke sistem elektronik transmisi otomatis (transmission control unit/TCU atau powertrain control module/PCM) untuk mengalihkan tekanan oli ke posisi gear yang lebih rendah, sehingga akselerasi terjadi.
Rasio gear akan kembali meningkat, ketika laju kendaraan seperti yang dimonitor VSS mencapai kecepatan tertentu. Setiap kendaraan, rasionya berbeda-beda, diatur secara terkomputerisasi oleh TCU/PCM.
5. D-3 atau overdrive/OD. Banyak pengemudi mobil transmisi otomatis yang belum paham fungsi moda yang satu ini. Padahal, fungsinya sederhana. Pada saat tuas transmisi digeser ke posisi D-3, atau pada beberapa jenis mobil, saat tombol OD yang ada di tuas transmisi diaktifkan, memungkinkan terjadi perpindahan rasio gear dari 1st ke OD, sehingga hemat bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang.
Posisi gear D-3 atau OD, juga memungkinkan membatasi perpindahan percepatan mobil maksimum pada gear 3rd. Umumnya moda D-3 atau OD terasa fungsinya ketika mobil melaju dengan kecepatan di atas 60 kilometer per jam.
Coba saja, geser tuas transmisi ke posisi D lalu injak pedal gas sampai mobil melaju dengan kecepatan di atas 60 km per jam. Ketika sampai di kecepatan kisaran 60 km per jam, umumnya tingkat percepatan mobil mencapai 4th. Tekan tombol OD atau geser tuas ke D-3. Maka, gear rasio akan langsung turun ke posisi 3rd, dan tertahan di 3rd (tidak mau kembali secara otomatis ke 4th), sekalipun pedal gas diinjak lebih dalam.
Moda D-3 atau OD sangat membantu saat kita hendak berakselerasi tanpa harus menginjak pedal gas lebih dalam, atau saat akan menyalip kendaraan lain. Tapi jangan lupa, setelah mobil lain terlampaui, geser kembali tuas ke posisi D atau non aktifkan kembali tombol OD.
Ada yang kerap bertanya, bagaimana sistem pengamanan dalam mobil transmisi otomatis? Bagaimana jadinya, kalau tanpa sengaja tuas transmisi yang semula di D, kesenggol dan geser ke N atau bahkan R? Jangan khawatir, produsen transmisi otomatis sudah mempertimbangkan itu.
Kalau tuas geser ke posisi yang tidak dikehendaki, maka sistem komputer transmisi otomatis mobil yang dikendalikan TCU/PCM secara otomatis akan mengeset sistem dalam moda N atau netral. Sistem dirancang untuk mencegah kehancuran transmisi otomatis.
6. Intermediate (2 atau D-2). Posisi tuas di 2, memungkinkan mencegah beroperasinya kecepatan atau gear yang lebih tinggi. Dengan kata lain, ketika tuas digeser ke 2, transmisi akan bekerja secara otomatis pada gear 1st dan 2st, serta membatasi perpindahan ke gear 3rd.
Selain itu juga secara mekanis mengaktifkan compression breaking atau yang pada mobil manual acap kali disebut engine breaking. Fungsinya, saat mobil melaju diturunan, transmisi otomatis akan membantu menahan laju mobil. Harap diingat, setelah melintasi jalan normal, geser kembali tuas ke D.
Pengaktifan compression breaking yang terlalu lama, membuat oli transmisi dan transmisi cepat panas. Oli transmisi juga cepat kotor, sehingga usia pakai oli lebih singkat. Karena membatasi gear maksimum di posisi 2nd, maka sangat membantu mobil saat melaju di tanjakan yang cukup tajam dan panjang. Bisa menahan torsi mesin pada tingkat yang diinginkan.
7. L (low). Tidak jauh berbeda dengan 2, moda L bekerja untuk membatasi tingkat kecepatan kendaraan pada gear 1st. Karena bertahan di gear 1st, maka sangat efektif digunakan pada saat mobil melintasi tanjakan atau turunan terjal. Karena mobil cukup tenaganya, memungkinkan melintas di medan yang sulit sekalipun. Bila jalanan normal, jangan lupas geser lagi tuas ke D.
Memahami cara kerja dan penggunaan transmisi otomatis secara benar tidak saja mengemudikan mobil bertransmisi otomatis menjadi lebih nyaman, tetapi juga hemat bahan bakar. Selamat mencoba!
No comments:
Post a Comment