Tips Mobil
Performance Kit Diesel Common Rail, Fenomena Electronic Controler
Meski kudu menebus dengan harga yang mahal untuk setiap besutan diesel anyar, teknologi common rail yang diusung juga memberikan peluang performa jauh lebih baik, bahkan bisa upgrade di atas spesifikasi pabrik.
Fenomena performance package atau performance kit ini sedang mewabah di Tanah Air. Beberapa nama bengkel yang menggeluti secara serius dunia diesel common rail semakin mencuat karena manfaat instan yang dirasakan pemilik besutan.
Dari sekian banyak perangkat atau pernik untuk meningkatkan akselerasi atau tenaga yang ada di pasaran, paling dominan justru perangkat yang mampu 'mengelabui' kinerja ECU (electronic control unit).
Baik versi piggyback yang tandem dengan ECU asli maupun jenis stand alone (pengganti ECU asli), hingga perangkat elektronik yang sifatnya hanya menyetel ulang common rail pressure. “Tinggal pilih saja sesuai kebutuhan,” papar Teddy dari Rev Engineering di bilangan Kedoya, Jakbar.
Tentunya setiap perkakas pintar tadi memiliki kemampuan dan banderol yang berbeda, sesuai dengan fitur yang ditawarkan. Namun, intinya tak ada kata susah untuk meningkatkan performa mesin diesel common rail. (mobil.otomotifnet.com)
STAND ALONE
Kasta tertinggi dari pengontrol suplai bahan bakar. Dibilang stand alone karena ECU bawaan pabrik tak lagi dipakai alias lengser keprabon.
Mirip dengan piggyback, stand alone memberikan fitur yang jauh lebih lengkap dalam hal oprek mesin. “Kalau mobil sudah pakai water methanol injection atau nitrous oxyde, piggyback biasanya sudah tak mumpuni,” papar Teddy dari Rev Engineering.
Harganya pun berkali lipat dari piggyback. Semisal saja, merek ECU-Shop tipe Monster Max dibanderol sekitar Rp 15 jutaan, untuk ECU-Shop versi stand alone bisa dipatok hingga Rp 27 juta. Tapi duit nggak bohong, karena Toyota Hilux dragster milik Teddy bisa menembus hampir 600 dk setelah pakai ECU jenis stand alone.
PIGGYBACK
Mau lebih kompleks, bisa pertimbangkan piggyback sebagai alat untuk memanipulasi ECU bawaan pabrik. Dengan fitur yang lebih banyak, piggyback memiliki peluang untuk menaikkan performa lebih signifikan.
Piggyback sendiri banyak macamnya. Untuk produk ECU-Shop asal Thailand ditawarkan Monster Max dan Monster MIB (Monster In Box). Bedanya hanya ada di port untuk koneksi ke suction control valve (SCV) controller. Masih ada lagi Dastek Unichip Q+ yang masih asli made in South Africa. Tersedia lengkap hingga Unichip SCV controller.
Dengan harga kisaran Rp 11 juta (Monster MIB), jelas piggyback menjanjikan fitur lebih luwes ketimbang common rail pressure controller dan injector controller. Jadi, kalau mobil kesayangan sudah pakai nosel aftermarket, turbo lebih besar dan intercooler, piggyback is a must!
INJECTOR CONTROLLER
Merupakan alat yang dipasang pada mesin diesel common rail untuk mengatur volume/debit bahan bakar di nosel injektor. Dengan alat ini, kebutuhan akan suplai solar per menit bisa diatur lewat controller digital.
Alpha Tech GT-Type 1 bisa jadi contoh. Perangkat buatan Thailand ini lazim digunakan untuk Mazda B2500 atau Ford Ranger. Banderolnya sekitar Rp 5,5 juta termasuk pasang.
COMMON RAIL PRESSURE CONTROLLER
Masih seputar alat untuk mengatur kebutuhan suplai bahan bakar solar ke ruang bakar, common rail pressure controller layaknya fuel pressure regulator di mesin bensin.
Tekanan bahan bakar yang dimainkan sesuai kebutuhan agar saat nosel injektor terbuka, tekanan solar yang menyembur bisa diatur. Power Plug asal Jerman atau ECU-Shop Cube bisa jadi pertimbangan.
Bedanya, Power Plug tidak terintegrasi dengan air flow dan map sensor. Sementara ECU-Shop Cube memiliki fitur bisa membaca air flow dan map sensor. “Harga sekitar Rp 3,5 juta termasuk instalasi,” jelas David Ahie, pengecer Power Plug untuk Jakarta Barat
No comments:
Post a Comment